SEUTAS
MIMPI UNTUK UKKI UNESA
Sekelumit cerita
yang dapat aku bagikan kepadamu wahai sahabat.
Terkadang usai
sholat, aku tidak langsung berdoa alih-alih malah merenung dan terkadang
renungan tersebut menghasilkan impian. Suatu saat aku bermimpi, Baitul Makmur
yang biasanya diurusi teman-teman UKKI Unesa menjadi seperti masjid Salman ITB.
BM 1 memiliki gedung serba guna yang dapat digunakan untuk acara apapun. Kuota
yang ditampung bisa ratusan dan banggunan tersebut bertingkat. Tidak
tanggung-tanggung banggunan tersebut ada tiga lantai, yang di setiap lantai ada
sekitar lima ruangan. Bangunan tersebut dapat digunakan oleh banyak Unit-Unit
kegiatan mahasiswa yang mewadahi minat dan bakat teman-teman, bukan hanya untuk
UKKI namun juga terbuka untuk mahasiswa non-UKKI bahkan non-Unesa. Uniknya
kegiatan tersebut di bawah naungan masjid Baitul Makmur Unesa.
Kegiatan yang
diselenggarakan UKKI di gedung tersebut misalnya, kelas menulis baik fiksi atau
pun non-fiksi. Kelas itu akan menelurkan para penulis handal yang dapat
membuahkan karya,juga para jurnalis yang dapat dijamin keabsahan brita yang
disampaikannya. Bisa juga seni teater atau Al banjari yang selalu memeriahkan
kegiatan baik UKKI maupun acara hajatan bagi masyarakat yang berminat.
Ada pula
kegiatan para kawula muda pecinta alam yang gemar menaklukkan puncak gunung
ataupun mengarungi samudra Indonesia. Selain itu ada tim cendekiawan yang suka
berdiskusi secara rutin membahas tentang dunia Islam dan hal-hal terbaru maupun
lampau tentang Islam. Semua kegiatan tersebut berjalan dengan apik. Banyak pula
kegiatan-kegiatan social pengabdian masyarakat. Bukan hanya Bakti Karya
Mahasiswa (BKM) yang terkesan sebagai ajang liburan para aktivis UKKI, namun
lebih dari itu. Kegiatan tersebut benar-benar berdakwah mengajak kepada
kebaikkan, tidak harus jauh dan memakan biaya namun esensi dakwahlah yang
utama.
Lokasigedung tidak
jauh dari masjid Baitul Makmur 1, tahukah kamu dimana? Yah terbayang bangunan
besar yang belum jadi di belakang masjid. pada tahun 2013, banggunan tersebut masih
ditumbuhi semak belukar, dindingnya masih berupa tumpukan batu bata merah dan
belum memiliki satu pintu atau pun jendela sama sekali. Aku bermimpi sepuluh
tahun lagi, banggunan itu akan milik sepenuhnya UKKI Unesa. bangunan tersebut
berubah menjadi bangunan megah yang dapat digunakan untuk dakwah dan keperluan
umat.
Tidak hanya itu,
UKKI Unesa memiliki swalayan sendiri serta toko-toko kecil yang disewakan di
dekat TPA Genius. Toko-toko itu menyediakan jasa pengetikan dan percetakan,
lembaga bimbingan belajar dan ada pula yang menjual obat-obat herbal atau pun
kaset-kaset music positif dan pakaian-pakaian islami. Tak kalah dari itu, UKKI
memiliki bisnis travel yang melebar ke seantero jawa timur dan akan merambah ke
seluruh pelosok pulau Jawa. Teman-teman UKKI juga yang menjadi pengelola dari
bisnis besar tersebut. Roda perdagangan dikelola sendiri oleh teman-teman UKKI,
baik yang sedang menjabat kepengurusan maupun para alumni UKKI. UKKI dapat
membuka lapangan pekerjaan bagi semua pihak, khususnya teman-teman UKKI tak
peduli angkatan berapapun kita tetap UKKI Unesa.
Aku teringat
saat aku masih ingusan di UKKI dulu. Banyak tingkah yang aku lakukan. Saat aku
berdiri di masaku sekarang aku sering tertawa geli. Aku terkadang iri dengan
GAMAIS (Keluarga mahasiswa Islam) maupun
KAMIL (Keluarga Mahasiswa Islam) ITB. Jumlah anggotanya masih kalah dengan
jumlah teman-teman UKKI Unesa yang terdiri dari empat wilayah kampus, yaitu
ketintang, lidah wetan, teratai dan
gedangan. Namun, spirit kegiatan yang aku rasakan berbeda.
Hal pertama
adalah spirit mentoring dan mengaji. Tidak harus tinggal di asrama untuk
mengaji rutin, tidak pula harus berjilbab untuk ikut mentoring. Siapapun yang
mau belajar tentang Islam, silahkan. Kita belajar bersama. Tidak harus merasa
pandai dan fasih dalam agama, kita bisa membahas hal apapun tentang Islam yang
kita sukai. Namun jelas harus ada pementor ulung yang selalu tawadhu dan ramah.
Bukan saling menceramahi dan mendoktrin salah benar, namun lebih dari itu.
Layaknya sebuah keluarga kecil yang memberikan sebersit kehangatan.
Sudah satu
semester berlalu Aku dan kelompok mentoring kecilku saat ini di Salman ITB.
Kami berkumpul setiap sabtu di akhir pekan, mulai jam delapan pagi hingga
datang waktu sahalat dhuhur. Dimulai dari hafalan surat-surat Juz 30 yang kami
setorkan kepada PJ Hafalan yang diemban salah satu teman kami dalam kelompok
mentoring. Usai itu jam 9, kakak pementor kami datang, teteh Khadijah. Beliau
berasal dari Riau, mahasiswa pascsarjana ITB angkatan 2013. Beliau juga alumni
GAMAIS ITB. Bagi kami beliau tak sekedar pementor, namun juga kakak kami.
Kami semua dalam
satu kelompok mentoring ini tidak memiliki ikatan keluarga dan hubungan darah. Namun
kami serasa kakak-adik dan bersaudara. Setiap kali mentoring, ada satu
pentausiah dari setiap anggota kelompok yang telah terjadwal dengan rapi.
Awalnya kami membahas topic apapun seputar Islam. Kemudian pertemuan selanjutnya
kami membahas kisah hidup Nabi Muhammad SAW dengan cara membaca Sirah
Nabawiyah. Kami membaca Sirah Nabawiyah bersama. Salah satu teman membacakan
lembar demi lembar dengan penuh penghayatan, dan yang lainnya mendengarkan.
Usai itu kami mendengarkan tausiah dari pementor kami. Kami berdiskusi dan
saling bercerita. Sungguh Indahnya persaudaraan dalam Islam.
Sejenak aku
kembali kelamunanku tentang UKKI, bagaimana kabarmu saat ini?